8 Indikator Analisis Fundamental Saham Paling Populer |
Untuk bisa melakukan analisis ini, tentunya Anda perlu melihat sejumlah acuan dan rasio yang menggambarkan berbagai hal, seperti kinerja perusahaan, kondisi keuangan, acuan harga saham, dan prospek ke depannya. Dengan kinerja yang baik, maka dapat dipastikan harga saham perusahaan tersebut juga akan membaik.
Indikator Analisis Fundamental yang Umum Dipakai
Sejatinya, ada banyak indikator yang digunakan dalam menilai kondisi suatu perusahaan. Meski begitu, berikut 8 indikator yang terbilang populer dan umum digunakan saat ini.
1. Earning Per Share (EPS)
Merupakan rasio keuangan yang digunakan dalam mengukur seluruh laba bersih dari setiap lembar saham yang diedarkan. Umumnya, EPS dikaitkan dengan pendapatan dari perusahaan tersebut, sehingga jika EPS tinggi maka pendapatan perusahaan juga akan tinggi.
Sebagai salah satu indikator analisis fundamental saham, EPS juga menjadi salah satu faktor penting untuk menentukan PER dalam penghitungan dan penetapan valuasi harga dari sebuah saham.
Bahkan, EPS ini juga bisa menjadi tolak ukur profitabilitas perusahaan di mana kita dapat melihat kemampuan sebuah perusahaan untuk menghasilkan untung atau laba selama rentang waktu tertentu, mulai dari penjualan, modal saham, hingga pemanfaatan aset.
Baca juga: Analisis Teknikal Saham: Arti, Jenis Indikator, dan Dasar Asumsinya
2. Price to Book Value (PBV)
Merupakan rasio harga saham yang dihasilkan dari nilai buku (book value) suatu perusahaan, di mana book value sendiri merupakan modal yang dikuasai oleh perusahaan. Besarannya didapatkan dari total aset dikurangi dengan utang.
Rasio keuangan pada analisis fundamental saham ini lazim digunakan pada saat seorang investor akan melakukan analisis harga suatu saham dan melihat apakah saham tersebut sedang dijual dalam kondisi harga murah atau malah sebaliknya.
Rasio ini juga dapat memberikan gambaran seberapa besar kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan nilai berdasarkan modal yang sudah diinvestasikan. Jika nilai PBV kurang dari 1, bisa dibilang harga saham emiten tersebut terbilang murah. Sebaliknya, jika nilainya lebih dari 1, maka harga saham pada perusahaan tersebut bisa dibilang mahal.
3. Price to Earning Ratio (PER)
Merupakan suatu rasio harga terhadap laba bersih per lembar saham. Sama halnya dengan PBV, rasio ini juga kerap dipakai untuk menentukan harga suatu saham, apakah mahal atau murah. Bedanya, analisis fundamental saham ini dilakukan dengan menghitung harga saham kemudian dibagi dengan keuntungan per lembar saham.
PER juga kerap diartikan sebagai suatu variabel untuk menggambarkan kondisi pasar, yakni ekspektasi dan persepsi pasar terhadap sebuah saham. Perlu diketahui juga bahwa tinggi rendahnya PER dapat ditentukan dengan membandingkan PER saham perusahaan tersebut dengan PER saham perusahaan lain yang setara.
Umumnya, semakin kecil nilai PER saham maka semakin murah dan bagus sehingga saham tersebut bagus untuk dikoleksi. Namun, cek kembali apakah perusahaan tersebut sedang untung dan memiliki earning stabil atau tidak supaya lebih cocok dengan penghitungan PER yang akan digunakan.
4. Debt To Equity Ratio (DER)
Adalah suatu rasio utang yang akan memberi gambaran apakah suatu perusahaan dapat membayar bunga utang namun tidak membebani keuangan perusahaan tersebut sendiri. Oleh karenanya, pastikan kembali jumlah utang perusahaan tidak lebih besar jika dibandingkan dengan total modal yang dimiliki.
DER bahkan menjadi salah satu analisis fundamental saham yang paling sering dijadikan sorotan. Apalagi, DER berkaitan dengan struktur modal suatu perusahaan dimana komponen modal juga akan sangat menentukan keberlangsungan perusahaan itu sendiri.
Jika modal lebih kecil dari utang, maka perusahaan tersebut bisa terancam pailit bahkan dicoret dari bursa saham terutama jika tidak mampu melunasi utang tersebut. Sebagai investor, sudah pasti Anda perlu berhati-hati dan mengecek kembali kondisi tersebut supaya tidak membuat Anda rugi.
5. Dividend Payout Ratio (DPR)
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang dibayar secara tunai kepada para pemegang saham yang disetujui melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pembayarannya dapat menjadi indikator apakah suatu perusahaan termasuk sehat dan memiliki arus kas yang kuat.
Rasio ini juga dapat memberitahu seberapa besar porsi laba bersih yang dikembalikan perusahaan kepada para pemegang saham. Selain itu, dapat pula diketahui berapa banyak yang akan disisihkan untuk beberapa keperluan lain seperti pertumbuhan perusahaan, cadangan kas, hingga pembayaran utang dari berbagai sumber.
Sayangnya, DPR yang tinggi tidak selalu menarik. Rasio DPR yang terlalu tinggi justru menandakan bahwa perusahaan sedang menutupi situasi bisnis yang mungkin saja buruk dengan menawarkan dividen yang berlebih.
Baca juga: Cara Mencari Dan Membaca Laporan Keuangan BEI
6. Return On Equity (ROE)
Merupakan suatu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari modal yang digunakan. Dapat juga dipahami sebagai tingkat atau kemampuan pengembalian investasi dalam bentuk persentase. Perusahaan dengan ROE yang tinggi tentu dapat dinilai memiliki laba yang tinggi.
ROE sebagai sebuah indikator analisis fundamental saham juga dapat menunjukkan seberapa besar keuntungan bersih dari setiap modal yang diinvestasikan oleh para investor. Dengan begitu, dapat dilihat apakah bisnis perusahaan tersebut dapat mengelola modal. Semakin besar nilai ROE, maka semakin meningkat pula reputasi perusahaan di mata investor.
7. Asset and Liability
Sederhananya, asset adalah segala hal yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri, sedangkan liability adalah kewajiban atau tanggungan utang. Dengan begitu dapat dilihat seberapa banyak aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut dan apakah aset tersebut dapat digunakan secara produktif untuk menghasilkan laba.
Dalam suatu analisis fundamental saham, seorang investor perlu melihat apakah aset yang dimiliki oleh perusahaan berasal dari modal sendiri atau malah dari utang. Cek juga pembiayaan yang digunakan untuk membiayai kepemilikan aset tersebut.
Jika biaya aset lebih banyak berasal dari utang, tentunya hal ini perlu menjadi perhatian khusus. Semakin banyak utang yang digunakan untuk produksi, tentu saja dapat mengancam kondisi keuangan dari perusahaan itu sendiri.
8. Free Cash Flow (FCF)
Atau yang biasa dikenal dengan Arus Kas Bebas. Merupakan uang tunai yang tersisa setelah perusahaan membayar biaya operasional dan membelanjakan modalnya. Uang tunai ini tentu saja sangat penting untuk menjamin keberlangsungan dan perbaikan bisnis ke depannya.
Anda dapat menggunakan laporan keuangan perusahaan untuk melihat keuntungan yang sudah didapatkan dan memastikan apakah keuntungan tersebut berasal dari suntikan modal atau tidak. Akan lebih baik jika keuntungan memang berasal dari produksi yang dilakukan oleh perusahaan dan bukan dari suntikan dana.
Demikian beberapa indikator yang seringkali digunakan dalam penghitungan analisis fundamental saham. Tentu saja semua indikator tersebut penting dan perlu dipelajari sehingga dapat membantu Anda menentukan kapan harus membeli suatu saham untuk jangka panjang. Selamat mencoba!